Rabu, 06 Juli 2011

POLUSI MALAH MENUNDA PEMANASAN GLOBAL

Emisi yang dihasilkan dari penggunaan batu bara oleh negara-negara Asia diperkirakan menunda pemanasan global selama satu dekade sejak 1998. Meskipun demikian, ancaman efek rumah kaca masih nyata dan dampaknya dapat terasa ketika negara-negara berkembang berhasil mengatasi polusi.
Penundaan kenaikan suhu itu diakibatkan sulfur dalam jumlah sangat banyak dan memiliki efek mendinginkan pada planet. Aerosol yang dihasilkan dari sulfur menyebabkan pembentukan lapisan awan tebal yang membuat sinar matahari tidak sepenuhnya masuk ke bumi.
"Penundaan ini bisa dibilang fatamorgana," ujar para peneliti yang berasal dari berbagai universitas, termasuk Boston dan Harvard University dari AS dan University of Turku dari Finlandia. "Efek dari pelepasan karbon selain sulfur akan muncul dalam jangka panjang," demikian tertera dalam laporan yang diterbitkan hari Minggu lalu.
Penundaan peningkatan temperatur ini tidak akan berlangsung lama. Demikian dijelaskan peneliti. Ketika negara-negara berkembang berhasil mengatasi polusi, emisi sulfur juga akan berkurang. "Aerosol di atmosfer akan berkurang dan suhu planet akan meningkat cepat mengingat jumlah karbon di atmosfer pun sudah banyak," ujarnya.
Laporan itu juga berisi tentang fakta bahwa peningkatan temperatur global tidak berubah secara signifikan selama tahun 1998 sampai 2008 meskipun berton-ton emisi karbon dilepaskan ke atmosfer.
Emisi karbon pada masa itu banyak dihasilkan oleh negara-negara Asia yang ekonominya sedang berkembang. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)"dikutip dari harian kompas "

mengatasi e coli sang pembunuh


ESCHERICHIA COLI JADI PEMBUNUH

Bakteri Escherichia coli semakin berbahaya saat ini . Wabah penyakit yang disebabkan oleh makhluk ini semakin mengancam, di Eropa  wabah bakteri E coli ti­dak hanya menyerang negara Jerman, namun telah meluas ke berbagai negara Eropa lainnya seperti  Austria, Republik Ceko, Den­mark, Perancis, Belanda, Norwegia, Polandia, Spanyol, Swiss dan Inggris. Berdasarkan laporan Pusat Pen­­cegahan Kontrol Penyakit Eropa menyatakan sudah 50 orang meninggal dunia dan 4.050 orang terinfeksi , 812 kasus diantaranya mengalami komplikasi Sindrom Uremik Hemolitik berat yang disebabkan oleh epidemi E coli tersebut. Sumber wabah ini diduga berasal dari sayuran atau salad yang tercemar E coli.

Wabah E coli yang terjadi di Eropa pada Juni 2011 lalu meru­pakan kejadian terbesar ketiga dan paling banyak menelan kor­­ban jiwa. Sebenarnya wabah E coli yang meresahkan dunia ini, pertama kali menyerang Amerika Serikat pada tahun 1982 yang diduga berawal dari sayuran dan daging hamburger yang terkontaminasi E coli . Berdasarkan data Pusat Pencegahan dan Pengendalian Wabah Amerika Serikat , sebanyak 1.000 orang terjangkit dan dua orang diantaranya meninggal dunia . Kemudian wabah E coli juga terjadi di kota Sakai, Jepang pada Agustus 1996 yang menyerang lebih dari 12.000 orang . Sebanyak 11 anak di antaranya tewas setelah se­be­lumnya dirawat secara inten­sif di rumah sakit. Penyebabnya hampir sama yakni kontaminasi E coli pada sayuran seperti tauge .

Bakteri E coli yang ditemukan di sejumlah negara Eropa berbeda dengan jenis yang ada


Escherichia coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram ne­gatif yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micro­meter dan diameter 0,5 micro­meter, bergerak aktif dan tidak berspora. Umum­nya hidup pada suhu 20-40 °C , suhu optimumnya pada 37  °C dan akan mati pada pe­manasan di atas suhu 70 °C selama 30 menit. Bakteri yang ditemukan oleh           Theodore Esche­rich pada tahun 1885 ini ban­yak ditemukan di hampir se­mua tempat. Ha­bitatnya sangat beragam, bisa kita temukan di ling­kungan perairan, tanah, udara, per­mukaan daun dan bahkan dapat ditemukan di dalam orga­nisme hidup. Bakteri E coli meru­pakan organisme penghuni utama di usus besar dan merupakan mikro­­organisme normal yang ter­dapat dalam feses (tinja) baik sehat maupun sakit.

Escherichia coli sebenarnya merupakan bakteri yang menguntungkan bagi pencernaan tubuh manusia dan hewan . Normalnya  E coli memiliki peran yang sangat berguna pada organ tubuh. Di dalam usus besar , bakteri ini hidup komensal dan berperan dalam membantu penyerapan nutrisi, menghasilkan vitamin B12 dan vitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah, serta menjaga kesehatan sa­luran pencernaan dan men­cegah terbentuknya kanker usus besar.) . Oleh karena itu , spesies ini dikenal opportunistic pathogen yakni mikroorganisme yang hanya menyebabkan penyakit pada tubuh manusia saat kekebalan tubuhnya menurun atau terganggu , sehingga termasuk kelompok bakteri probiotik             (bakteri menguntungkan) .
Selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh ma­nusia , bakteri E coli  juga mempunyai peran yang signifikan dalam perkembangan ilmu bioteknologi. Ge­netikanya yang sederhana dan mudah untuk direkayasa men­jadikan bakteri E coli salah satu tulang punggung dalam rekayasa genetika di bidang bioteknologi , khususnya untuk kepentingan riset guna memproduksi          obat-oba­tan seperti insulin, antibiotika dan lain-lain . Akan tetapi , sekarang diketahui bahwa beberapa jenis dari Escherichia coli dapat menyebabkan beberapa variasi infeksi klinis , seperti infeksi saluran kencing , meningitis yang biasa diderita olah anak yang berusia dibawah satu tahun , diare , gastreontoritis dan penyakit lainnya.
Per­kem­­bangan teknologi, globalisasi dan mobilisasi masyarakat yang pesat, perubahan yang terjadi pada mikroorganisme ,pergeseran pola makan manu­sia dan perubahan iklim karena pemanasan global telah me­munculkan galur-galur baru sehingga E coli yang bersifat patogen ditemukan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan ada lima jenis strain E coli yang berbahaya bagi manusia saat ini . Diantara lima galur tersebut yang paling berbahaya adalah jenis Enterohaemorrhagic E coli (EHEC).  E coli tipe O157:H7 adalah strain yang mewabah di Ame­rika Serikat , sedangkan E coli tipe 0104:H4 adalah penyebab wabah di Jepang dan Jerman termasuk bagian Eropa lainnya . Bakteri EHEC meng­hasilkan ‘toksin Shiga’ (STEC = Shiga Toxin Escherichia coli) yang menyebabkan diare dan muntah. Pada kasus yang parah toksin Shiga akan men­yebabkan Kolitis hemoragik (per­darahan usus), Sindrom Ure­mia Hemolitik (HUS) yang ditandai dengan gejala gagal ginjal progresif, anemia hemolitik (ke­kurangan sel darah merah) serta trombositopenia (ke­ku­rangan trombosit), me­nurun­nya ke­sadaran sampai koma, kejang dan stroke hingga kematian.
Seiring ditemukannya spesies E coli yang bersifat patogen , sekelompok tim peneliti asal Inggris menemukan bahwa tembaga bisa berperan penting dalam mencegah penyebaran wabah E. coli seperti 0104:H4 yang yang saat ini sedang melanda dan telah membunuh setidaknya 50 orang di Jerman. Dari penelitian yang dilakukan ilmuwan asal Universitas Southampton, Inggris, diketahui bahwa terdapat zat anti mikroba yang merekat dalam logam tersebut . Properti anti mikroba milik tembaga tetap aktif meski material itu telah dipadukan dengan material lain seperti kuningan dan perunggu. Jika digunakan sebagai wadah persiapan untuk penyajian makanan , tembaga dapat mematikan setiap bakteri patogen yang terdapat di makanan tersebut. Hal ini akan mengurangi resiko kontaminasi dan membantu mencegah penyebaran infeksi .

Selain itu , sebenarnya wabah ini dapat  dicegah . Mencegah  sangat efektif untuk saat ini terkait dengan maraknya pe­nanganan masalah epidemi bakteri E coli tipe EHEC di Eropa.     Ruth Frechman, ahli gizi di Los Angeles sekaligus juru bicara American Dietetic Association, merekomendasikan hal-hal berikut untuk mencegah wabah e coli yang tengah merebak saat ini ,
1.      Perilaku bersih
Membersihkan peralatan dapur , mencuci tangan setelah menyentuh daging mentah, serta membedakan pisau untuk memotong buah dan sayuran dengan daging mentah seperti daging ayam , ikan ataupun daging .

2.      Cuci tangan
Mencuci tangan merupakan hal  penting yang harus dilakukan , terutama setelah menggunakan kamar mandi dan menyentuh binatang , serta sebelum menyiapkan makanan . Membilas tangan dengan air akan membantu mengurangi infeksi bakteri .
3.      Masak daging matang-matang
Daging sapi sebaiknya dimasak dengan suhu sekitar 160 °F , karena panas akan membunuh bakteri .
4.      Hindari makanan beresiko tinggi
Menghindari makanan dipasteurisasi (mentah)  seperti susu tau .
5.      Jangan menelan air
Ketika menelan air , sejumlah kotoran manusia dan hewan akan masuk ke mulut . Infeksi akan dimulai ketika menelan sesuatu yang tidak terlihat yang memproduksi racun Shiga .
Meskipun demikian , menurut kementrian kesehatan di Indonesia belum ditemukan wabah E coli ,namun kita harus mewaspadainya dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. WHO juga merekomendasikan 5 pesan kunci untuk mencegah terjangkitnya infeks E coli diantaranya sebagai berikut, hal yang per­­tama adalah menjaga kebersihan ba­han makanan,selanjutnya  me­misahkan bahan makanan mentah dan matang, kemudian harus         me­masak makanan sampai be­nar-benar matang, hal selanjutnya adalah menyimpan makanan pada suhu yang aman dan terakhir adalah mencuci ba­han makanan dengan bersih. Peran serta pemerintah dalam mensosialisasi wabah ini juga menjadi sangat penting . Jadi , mencegah lebih baik daripada mengobati , pepatah tersebut memnag sangat efektif untuk mengurangi penyebaran wabah E coli saat ini .